Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara

Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara - Hallo sahabat Kabar Berita Takabur, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara
link : Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara

Baca juga


Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara

Arthur Mangaratua Ebenheser Simatupang
Profil, Info Breaking News - Banyak orang yang mampu meraih sukses karena didukung situasi yang memang kondusif. Namun, kesuksesan sejati atau kesuksesan yang sesungguhnya adalah saat ia mampu melewati masa sulit di tengah situasi yang yang tidak menguntungkan.
Hal itu dialami Arthur Mangaratua Ebenheser Simatupang saat diberi kepercayaan memimpin sebuah perusahaan tambang batu bara. Sempat mengenyam masa jaya ketika harga komoditas tinggi, namun ketangguhannya diuji saat ekonomi dunia terpuruk yang berimbas pada merosotnya harga batu bara.
Bagaimana strategi direktur PT Toba Bara Sejahtra Tbk dan presiden direktur PT Indomining ini menjalankan roda perusahaan? Apa kiatnya melewati masa krisis? Berikut penuturannya. 
Bagaimana awal mula Anda terjun ke bisnis batu bara?Setelah menyelesaikan pendidikan master of commerce, accounting and finance (double major) di The University of Sydney, Sydney, NSW, Australia, saya bergabung dengan grup Toba pada 2006. Jadi, sudah lebih dari 10 tahun saya bekerja di grup ini.
Awalnya saya melihat prospek di bisnis oil and gas di luar negeri. Tetapi kami seleksi lagi dan akhirnya kami fokus pada pengembangan bisnis di dalam negeri saja. Saat itu tahun 2006, komoditas mulai bangkit karena permintaan global meningkat. Ada beberapa opportunity, terutama coal mining. Maka, kami putuskan mulai menggarap bisnis ini.
Secara timing kami tepat, karena harga komoditas sedang baik. Kami masuk mulai dari awal, mengidentifikasi resource, pembebasan lahan, perizinan, dan lain-lain. Saya awalnya menangani bidang finance dan marketing. Akhirnya setelah lima tahun, kami kembangkan beberapa aset, kami putuskan untuk melangsungkan initial public offering (IPO) saham pada 2012.
Mengapa harus IPO?Ini merupakan salah satu yang dicita-citakan pendiri perusahaan bahwa kami harus bisa menciptakan suatu "institusi". Memang awalnya ini adalah family business, seperti kebanyakan perusahaan di Indonesia. Saya juga masih memiliki kekerabatan dengan founder, tetapi yang kami inginkan adalah adanya standardisasi dan guidance yang jelas.
Kalau masuk bursa kan pengawasannya dilakukan banyak pihak, terutama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Juga mitra-mitra, seperti lembaga perbankan, kontraktor, dan lainnya. Semuanya menuntut hasil yang transparan dan akuntabel. Tetapi di sisi lain, kami juga punya target jelas dan terukur yang harus dicapai.
Ada perubahan setelah IPO?Kita memang hanya melepas sebagian kecil saham di lantai bursa, tidak sampai 15 persen. Tetapi dari sana kelihatan transformasinya karena memang ada suntikan dana baru. Kami juga bekerja sama dengan mitra yang memiliki standar kredibilitas dan kompentensi yang lebih baik, bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri.
Ini yang membuat kami terus bertumbuh sehingga ada satu titik di mana kami mencapai tingkat produksi batu bara 8-9 juta ton per tahun. Bagi kami, ini cukup signifikan, mengingat waktu itu baru berjalan enam tahun dan kami memulai dari nol. Namun dalam dunia bisnis memang tidak selamanya berjalan mulus.
Apa yang terjadi saat itu?Mulai akhir 2012 siklus komoditas yang tadinya naik tiba-tiba turun. Penyebabnya ada beberapa faktor, terutama karena Tiongkok sebagai pemain global yang demand-nya paling besar, tiba-tiba mengalami perlambatan ekonomi. Itu menyebabkan permintaan dari sisi volume turun dan akhirnya memengaruhi harga. Ini berlangsung cukup lama, hingga 2016.
Bayangkan saja, harga batu bara yang semula US$ 120 per ton, merosot hingga menyentuh US$ 45 per ton pada semester I 2016. Bisa ditebak, akhirya banyak pemain batu bara nasional yang sebelumnya sempat tumbuh signifikan, harus mengerem produksi, bahkan banyak pula yang gulung tikar.
Di situlah mungkin pentingnya survival skill. Sebab, ketika industri sedang bagus-bagusnya, mungkin semua orang bisa tumbuh. Tetapi saat kondisi sulit, di sinilah kita dituntut bagamana caranya bisa tetap survive.
Sebagai tim, kami berhasil membuktikan bahwa kami adalah salah satu perusahaan tambang nasional yang masih bisa menjaga pertumbuhan, baik dari sisi volume maupun margin dan EBITDA (earnings before interest, tax, depreciation, and amortization).
Bagaimana harga saham saat itu?Tentunya harga saham juga terpengaruh. Bukan hanya kami, bahkan top 10 mining company di Indonesia juga mengalami penurunan. Pemain besar saja yang produksinya 45 juta ton ke atas terpengaruh. Kalau kami kan pemain menengah, hanya 5-10 juta ton. Tetapi semua saham tambang kena imbasnya.
Strategi Anda untuk bertahan di tengah situasi sulit?Saat situasi sulit, kami langsung panggil semua partner, supplier, dan kontraktor. Kami sampaikan bahwa bisnis ini adalah jangka panjang. Kami sampaikan bahwa kami di bisnis batu bara masih sangat panjang. Tetapi kalau tidak didukung, kemungkinan kami semua pemain tidak bisa survive juga.
Di sini dibutuhkan komunikasi yang sangat jelas dan transparan. Kami minta kalau bisa ada renegosiasi dari sisi tarif. Setelah dijelaskan, mereka akhirnya open karena kami sangat terbuka.
Selain itu tentunya kami juga lakukan efisiensi biaya cukup besar. Banyak komponen cost yang diturunkan. Semua itu kami lakukan untuk menghindari dua hal yang merupakan langkah terakhir, yakni pengurangan jumlah karyawan dan penurunanan jumlah cadangan.
Pengurangan jumlah karyawan hanya dilakukan apabila ada departemen yang dianggap terlalu gemuk, sehingga perlu diefisienkan. Namun kami masih mempertahankan stripping ratio kami dari awal sehingga perencanaan jumlah cadangan secara jangka panjang masih sama.
Apakah ada gejolak, terutama saat harus melakukan pengurangan karyawan?Sebelumnya karyawan kami panggil, kami terbuka. Mereka juga bisa melihat voume produksi yang dulu 8-9 juta ton menjadi 4-5 juta ton. Kalau volume kerja berkurang, aktivitas juga berkurang. Kalau dipaksakan, karyawan mungkin banyak menganggur. Kenapa tidak kami beri kompensasi yang fair, dengan harapan jika ke depan ada pertumbuhan lagi (rebound), kami kembali memakai jasa mereka.
Menurut saya, di sinilah pemimpin harus turun langsung berkomunikasi secara jelas dengan karyawan. Mereka cukup mengerti. Kami berikan kompensasi jauh di atas ketentuan pemerintah. Bersyukur tidak ada kerusuhan, tidak ada keresahan. Jadi, situasinya sangat kondusif.
Bagaimana situasi sekarang?Saat ini bisa dibilang lebih stabil. Kami optimistis, tetapi tetap berhati-hati, jangan sampai over heating lagi. Kalau orang naikkkan produksi secara agresif lagi, nanti bisa-bisa over supply lagi, otomatis harga terkoreksi lagi.
Pemerintah punya program pembangkit listrik 35.000 MW, adakah dampaknya bagi perusahaan batu bara lokal?Kami sebagai pelaku usaha sangat menyambut baik program pemerintah ini. Visi dan misi Pak Jokowi sangat tepat dan dari sisi bisnis juga make sense. Dengan adanya program ini, kami bisa melihat ada pangsa pasar yang besar di dalam negeri. Permintaan batu bara di pasar domestik akan terus meningkat seiring pembangunan power plant. Selama ini mungkin kami terlalu berorientasi ekspor.
Stretegi Toba memang diubah, tidak hanya menjadi pure coal company, tetapi juga membangun power plant, sehingga menjadi perusahaan energi terintegrasi. Jika selama ini kami bermain di upstream saja, sekarang kami bangun juga power plant-nya dan dapat menyerap batu bara. Jadi, ada sinergi bisnis mining dan power.
Berapa banyak pembangkit listrik yang dibangun?Satu sudah PPA, satu lagi dalam proses finalisasi dengan PLN. Setelah financial close, kami langsung kebut konstruksi. Ini bagian dari program 35.000 MW, satu berlokasi di Gorontalo. Kapasitas masing-masing 2x50 MW. Jadi, dalam dua tahun nanti kami berencana punya dua proyek pembangkit listrik 200 MW.
Anda juga aktif sebagai Ketua Harian Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI). Apa yang diperjuangkan?Asosasi ini adalah kumpulan perusahaan nasional yang bergerak di sektor kelistrikan. Presiden juga sangat mendukung adanya keterlibatan swasta untuk penyediaan tenaga listrik.
Bisnis power plant bukan bisnis jangka pendek, tidak bisa hit and run. Untuk membangun pembangkit butuh waktu tiga tahun, mengurus perizinan dan tender satu tahun. Kontrak dengan PLN 25 tahun. Jadi, bisnis ini butuh setidaknya 30 tahun.
Maka, yang diinginkan rekan-rekan di asosiasi adalah iklim investasi yang harus dijaga. Pemerintahan boleh berganti, bahkan menteri ESDM saja sudah berganti empat kali dalam 1-2 tahun terakhir, tetapi idealnya dari sisi regulasi tetap.
Ada beberapa peraturan yang kelihatannya tidak terlalu konsisten, misalnya mengenai harga jual listrik untuk energi baru dan terbarukan (EBT). Kalau dulu tarif masih menarik dengan diberlakukannya feed in tariff, yakni US$ 14-20 sen per kwh, karena pengembangan energi terbarukan memiliki risiko lebih tinggi dibanding fossil fuel, mengingat banyak teknologi yang belum teruji.
Sekarang mekanisme tarif diubah menjadi 85 persen dari biaya pokok penyediaan (BPP), menjadi hanya US$ 8-12 sen per kwh. Kalau untuk pembangkit batu bara sebenarnya masih bisa menarik secara ekonomi, namun untuk pembangkit EBT susah karena komponennya belum bisa sepenuhnya lokal. Ini akan menyulitkan pemerintah dalam mencapai target bauran energi di dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) sebesar 23 persen untuk penggunaan EBT.
Apakah perusahaan nasional sudah cukup efisien?Ini menarik untuk didiskusikan. Kalau perbandingannya dengan negara seperti Uni Emirat Arab (UEA) yang harga listrik dari EBT hanya US$ 3 sen per kwh, kita perlu bedah mengapa mereka bisa mencapai harga serendah itu.
Pertama, adanya persoalan klasik dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, yaitu pembebasan lahan dan lamanya perizinan. Urusan lahan untuk beberapa pembangkit bisa butuh waktu tahunan. Dari sisi bisnis, itu high cost. Di UEA, dengan lahan padang pasir yang luas bisa saja digratiskan oleh pemerintahnya.
Kedua, masalah jaringan infrastruktur yang umumnya belum tersedia. Misalnya untuk gas, pemerintah UEA menyediakan pipa gas, sedangkan di Indonesia tidak.
Ketiga, masalah fiskal. Karena pemerintah dan DPR sudah menolak subsidi untuk EBT, mestinya insentif bisa diberikan dalam bentuk lain, misalnya keringanan pajak, tax holiday, dan pajak-pajak lain. Terakhir masalah cost of fund. Bunga bank di Indonesia jauh lebih tingg dibandng negara lain. Jadi, banyak hal yang masih perlu dicermati.
Di tengah gencarnya kampanye ramah lingkungan dewasa ini, penggunaan batu bara masih relevan?Negara-negara maju mungkin sudah pakai energi dari fossil fuel cukup lama, sekarang mereka lebih concern pada lingkungan, sehingga mereka pilih energi lebih bersih dan terbarukan. Sedangkan negara-negara di Asia Pasifik, terutama negara-negara berkembang, tahapnya masih mengejar ketertinggalan dan mengejar pertumbuhan.
Jadi, konsepnya adalah agar ekonomi terus meningkat di atas 5 persen per tahun. Karena itu, infrastruktur harus siap dan suplai energi harus cukup. Selain itu, energi harus tersedia dan dari sisi tarif harus terjangkau semua kalangan.
Saat ini teknologi juga terus berkembang, sehingga ada teknologi yang membuat batu bara menjadi lebih ramah lingkungan. Namun, perusahaan kami tidak akan berhenti hanya di pembangkit batu bara. Ke depan, kami akan melakukan diversifikasi. Kami akan melihat peluang lain, yakni gas alam dan energi terbarukan.
Apa kiat sukses Anda?Saya banyak belajar bahwa kunci sukses adalah disiplin. Kalau banyak orang mengkritik mengapa satu perusahaan banyak menggunakan tenaga kerja asing, itu karena mereka lebih disiplin.
Ini memang ada kaitannya juga dengan budaya dan etos kerja. Indonesia perlu banyak mengejar ketertinggalan ini. Salah satu yang bisa menjadi panutan dalam hal disiplin kerja adalah orang-orang Jepang dan Korea.
Siapa panutan Anda?Saya suka Soekarno. Saya kagum tidak hanya pada kemampuan orasinya, tetapi juga pandangannya yang visioner sebagai pemersatu bangsa. Misalnya prinsip agar kita jangan minder pada bangsa lain atau kita harus bangga pada hasil produksi bangsa sendiri. Bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Selain itu, saya suka Barack Obama. Cara berkomunikasinya sangat bagus, bisa merangkul banyak orang dari berbagai kalangan.*** BS/Mil




Demikianlah Artikel Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara

Sekianlah artikel Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Arthur Simatupang, Eksekutif Muda Yang Sukses di Bisnis Batubara dengan alamat link https://beritaharini9.blogspot.com/2017/04/arthur-simatupang-eksekutif-muda-yang.html